Khamis, 27 September 2007

Masjid Kubah Emas, Sebuah Ikon Keagamaan



JIKA beberapa waktu lalu nama Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu sempat menjadi ikon keagamaan yang paling menyita perhatian dan dikunjungi banyak orang, sekarang ikon baru pun muncul. Namanya Masjid Dian Al-Mahri yang berlokasi di Jln. Meruyung-Cinere, Kel. Meruyung, Kec. Limo, Depok, Jawa Barat. Yang menjadikan masjid ini begitu fenomenal dan memancing rasa penasaran setiap orang adalah kubahnya yang terbuat dari emas. Tak heran jika masjid tersebut lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kubah Emas Depok.
Bisa disebut, inilah ikon keagamaan yang dalam enam bulan terakhir bukan hanya menjadi buah bibir, tetapi juga paling banyak dikunjungi orang. Mereka datang dari berbagai daerah, baik yang ada di sekitar Depok, Jakarta, Bogor, Bandung, maupun kota dan daerah lain di luar Jawa Barat dan Pulau Jawa. Seolah tak kenal waktu, siang dan malam pengunjung terus berdatangan silih berganti, seperti ada magnet spiritual yang begitu kuat menarik mereka.
”Saya jauh-jauh datang dari Lampung ke sini karena penasaran saja ingin melihat masjid yang katanya terbuat dari emas. Tadinya saya kurang yakin, apa bener ada masjid dibuat dari emas. Tapi, setelah melihat sendiri, saya percaya,” kata Rusdi (50), seorang pengunjung yang pada Jumat (20/7) mengunjungi dan menyempatkan diri salat Jumat di Masjid Kubah Emas.
Seperti halnya Rusdi, umumnya para pengunjung merasa kagum saat melihat bangunan masjid, yang konon disebut-sebut sebagai masjid termegah di kawasan Asia Tenggara.
Seraya mengucapkan kalimat tasbih, para pengunjung tak henti-hentinya mengumbar decak kagum dan puja-puji. ”Subhanallah, indah sekali rumah Allah ini. Berapa biayanya ya untuk membangun masjid ini?” gumam seorang ibu berpakaian serbaputih asal Pondok Labu, Jakarta.
Masjid yang luas bangunannya mencapai 8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 70 hektare itu memang unik. Desain eksteriornya terlihat megah dan mewah. Tentu saja, ciri paling menonjol dari masjid yang dibangun sejak 1999 itu adalah penggunaan material emas pada beberapa bagian bangunan. Penggunaan emas paling dominan terlihat pada lima kubah dan puncak enam menaranya.
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, masjid menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia.
Kemegahan masjid yang diresmikan 31 Desember 2006 itu, diimbangi penataan ruang dan penempatan bangunan yang ada di sekitarnya.
Di sekitar masjid, kiri-kanan, depan-belakang, dibuat taman dengan penataan yang apik dan detail.
Selain taman, juga dibangun rumah tinggal sang pendiri masjid, Hj. Dian Juriah Maimun Al Rasyid dan Drs. H. Maimun Al Rasyid, hingga gedung serbaguna yang menjadi tempat para pengunjung .
Sedangkan untuk parkir, disiapkan lahan seluas 7.000 meter persegi yang mampu menampung kendaraan 300 bus atau 1.400 kendaraan kecil.
“Masjid ini merupakan salah satu bagian dan menjadi sentra dari satu kawasan Islamic Centre Dian Al Mahri, yang pembangunannya baru memasuki tahap pertama. Untuk sementara, tahap pertama pembangunan dianggap selesai. Tinggal infrastruktur seperti jalan dan saluran air yang belum,” kata pengelola Masjid Dian Al Mahri, Ir. H. Yudi Cammaro, M.M.
Menurut Yudi, karena lahan dan area masjid yang dikelolanya sangat luas, sementara masjid harus tetap terjaga kesuciannya, pihaknya menetapkan aturan jam kunjungan. Setiap hari dari Senin hingga Rabu, masjid dibuka mulai pukul 4.00 hingga 6.00 WIB. Setelah itu, satu jam antara pukul 6.00 hingga 7.00 WIB digunakan untuk mengosongkan area masjid. Antara pukul 7.00 hingga 10.00 WIB masjid ditutup untuk dibersihkan dan baru dibuka lagi antara pukul 10.00 hingga 20.00 WIB. “Setelah itu ditutup lagi, untuk dibersihkan,” kata Yudi.
Kecuali untuk hari Kamis, pada pukul 13.00 hingga 17.00 WIB, masjid ditutup untuk pembersihan total menghadapi hari Jumat. (Muhtar Ibnu Thalab/”PR”)***


*** petikan dari web kubah emas....tapi tuan blog dah pergi dah...suhanallah cantiknya...


Tiada ulasan: